Article Detail

Kegiatan Imunisasi Difteri Kelas 1 - 6

IMUNISASI DIFTERI KELAS 1 – 6 SD St Yosef Surabaya

Selasa , 20 Februari 2018 , SD Santo Yosef bekerja sama dengan PUSKESMAS Wonokromo mengadakan kegiatan Imunisassi Difteri. Kegiatan pemberian imunisasi difteri ini diberikan dari kelas 1 sampai keas 6. Difteri adalah penyakit akibat infeksi bakteri yang serius. Tenggorokan akan terasa sakit disertai dengan demam dan tubuh akan melemah. Selain itu, penderita juga akan mengalami sesak napas karena saluran di tenggorokan terblokir oleh selaput tebal berwarna abu-abu. Penyakit ini sangat menular dan berbahaya. Orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, tidak rutin imunisasi, dan tinggal dalam lingkungan yang penuh sesak cenderung lebih berisiko untuk mengalaminya.

Diperkirakan hampir satu dari lima penderita difteri balita dan berusia di atas 40 tahun yang meninggal dunia diakibatkan oleh komplikasi. Beberapa komplikasi yang dapat mengancam jiwa karena toksin dari bakteri difteri diantaranya meliputi:

• Masalah pernapasan
. Sel-sel yang mati akibat toksin yang diproduksi bakteri difteri akan membentuk membran abu-abu yang dapat menghambat pernapasan. Partikel-partikel membran juga dapat luruh dan masuk ke paru-paru. Hal ini berpotensi memicu inflamasi pada paru-paru sehingga fungsinya akan menurun secara drastis dan menyebabkan gagal napas.

• Miokarditis (Kerusakan Jantung). Miokarditis adalah kondisi jantung, yang melibatkan peradangan pada otot jantung, dalam hal ini disebabkan oleh toksin difteri. Kondisi ini dapat menyebabkan gagal jantung, dan semakin besar tingkat infeksi bakteri, semakin tinggi toksisitas pada jantung, menghasilkan efek yang berkisar dari kelainan yang hanya tampak pada monitor jantung, kematian mendadak.

• Kerusakan saraf. Toksin dapat menyebabkan penderita mengalami masalah sulit menelan, masalah saluran kemih, serta pembengkakan saraf tangan dan kaki. Masalah saluran kemih dapat menjadi indikasi awal dari kelumpuhan saraf yang akan memengaruhi diagfragma.

• Kelumpuhan Diagfragma. Diafragma adalah otot berbentuk kubah tebal yang memisahkan dada dari perut. Diafragma membantu Anda bernafas dalam dan keluar. Jika diafragma tidak bekerja dengan benar, maka akan perlu ventilator untuk membantu bernapas. Hal ini dapat meniru fungsi dari diafragma dengan mengatur tekanan paru-paru.

• Difteri Hipertoksik. Komplikasi ini adalah bentuk difteria yang sangat parah. Selain gejala yang sama dengan difteri biasa, difteri hipertoksik akan memicu pendarahan yang parah dan gagal ginjal. Sebagian besar komplikasi ini disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae.

Lalu bagaimana cara mencegah agar anak kita tidak terkena penyakit Difteri? Langkah paling efektif adalah dengan vaksinasi karena vaksinasi merupakan tindakan pencegahan. Pencegahan difteri tergabung dalam vaksin DPT. Vaksin ini meliputi difteri, tetanus, dan pertusis atau batuk rejan.

Vaksin DPT merupakan salah satu dari lima imunisasi wajib bagi anak-anak di Indonesia. Pemberian vaksin ini dilakukan lima kali pada saat anak berusia dua bulan, empat bulan, enam bulan, 1,5-2 tahun, dan lima tahun. Perlindungan tersebut umumnya dapat melindungi anak terhadap difteri seumur hidupnya. Tetapi vaksinasi ini dapat diberikan kembali pada saat anak memasuki masa remaja atau tepatnya saat berusia 11-18 tahun untuk memaksimalisasi keefektifannya

Sumber:
• http://www.alodokter.com
• http://www.obatherbalkhususanak.com

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment