Article Detail

BERANI UNTUK MENGIKUTI SAKRAMEN TOBAT

BERANI UNTUK MENGIKUTI SAKRAMEN TOBAT

           

Dalam tradiri Gereja Katolik, masa prapaskah merupakan kesempatan untuk bermati raga, merenungkan pengalaman hidup, dan menerima sakramen tobat sebagai upaya untuk mempersiapakan hari raya Paskah. Bagi orang Katolik, masa Paskah bukan hanya sekedar memperingati kebangkitan Kristus, melainkan juga sebagai titik balik kita untuk membawa perubahan hidup yang lebih baik. Perayaan Paskah juga perlu dimaknai sebagai upaya memperbaharui semangat hidup Kristiani.

            Oleh karena itu sebelum merayakan hari raya Paskah, setiap orang Katolik perlu mempersiapkan hati agar pantas mengenang kembali kebangkitan Yesus. Dalam rangka mempersiapkan hati agar pantas merayakan Paskah, maka anak-anak SD Santo Yosef diajak untuk melaksanakan kegiatan Aksi Puasa Pembangunan (APP). Anak-anak menyisihkan uang saku mereka untuk didermakan melalui kotak APP dan mereka mengikuti pendalaman APP. Selain itu dalam rangka untuk membangun kesadaran bahwa dosa mengakibatkan penderitaan karena telah memisahkan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Allah, maka pada hari Selasa, 20 Maret 2018 siswa-siswi SD Santo Yosef diajak untuk menerima Sakramen Tobat.

            Melalui Sakramen Tobat, relasi yang sebelumnya telah rusak akibat dosa dapat dibangun kembali. Sehingga hati menjadi lebih layak untuk merayakan Paskah. Pada penerimaan sakramen pertobatan ini, para siswa dan karyawan dilayani oleh 3 orang Romo, yaitu Romo Aan, Romo Yanto dan Romo Silas, yang berasal dari komunitas Serikat Sabda Allah atau dikenal dengan SVD. Sebelum menerima sakramen pertobatan ini, terlebih dahulu para siswa mengikuti ibadat tobat. Ibadat tobat dipandu oleh ibu Pipit dengan mengambil inspirasi dari bacaan tentang anak yang hilang (Lukas 15:11-32), ibu Pipit mengajak anak-anak untuk berani mengakui kesalahannya dihadapan Allah. Perasaan takut dan malu harus disingkirkan, karena takut dan malu bukanlah alasan untuk tidak menerima sakramen tobat.  Sebaliknya, rasa takut dan malu perlu dimiliki setiap orang agar dapat  digunakan untuk menjadi filter dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia.

            Hingga dalam bagian terakhir dalam renungan, anak-anak diajak untuk merenungkan “mana yang lebih memalukan, mencontek saat ulangan atau mengikuti pengakuan dosa?”. Mendapat nilai baik dengan cara mencontek hanya memberi kebahagiaan sesaat, sedangkan mengakui dosa meski dibarengi dengan perasaan takut atau malu, tetapi hal tersebut akan membawa rahmat keselamatan yang menggembirakan bagi kita.Pipiet.
Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment