Article Detail
BUSUKNYA KEBENCIAN
Hidup dalam kebencin bagaikan membawa mayat di punggung kita. Semakin lama kita bawa, semakin membusuk dan membebani kita. Semakin cepat kita kuburkan, semakin lega kita berjalan.
Seorang ibu guru SD Santo Yosef , sebut saja dia Ibu Retno, mengadakan permainan. Ibu Retno tersebut memberi tugas setiasp muridnya untuk membawa sebuah kantong plastik transparan dan kentang. Masing-masing kentang diberi nama orang-orang dibenci sehingga jumlah kentang tidak ditentukan jumlahnyam tergantung jumlah orang yang dibenci.
Pada hari yang disepakati, murid-murid membawa kentang dalam sebuah kantong plastik. Ada yang membawa dua, tiga, bahkan ada yang membawa lima. Sebagaimana perintah ibu Retno kentang-kentang tersebut diberi nama sesuai nama orang yang dibencinya. Murid-murid harus membawa kantong berisi kentang tersebut kemanapun mereka pergi selama satu minggu.
Hari berganti hari, kentang-kentang pun mulai membusuk. Murid-murid mulai mengeluh, apalagi yang membawa lima buah kentang karena selain berat, baunya pun tidak sedap. Setelah satu minggu, murid-murid ibu Retno tersebut merasa lega karena penderitaan mereka akan segera berakhir.
Ibu Retno : “ bagaimana anak-anak membawa kentang selama satu minggu ? “
Keluarlah keluhan murid-murid tersebut. Pada umumnya mereka tidak merasa nyaman harus membawa kentang-kentang busuk tersebut kemanapun mereka pergi. Ibu Retno pun menjelaskan makna “ Permainan “ yang mereka lakukan. “ Itulah kebencian yang selalu kita bawa kemana-mana apabila kita tidak memaafkan orang lain. Sungguh sangat tidak menyenangkan membawa kentang busuk kemanapun kita pergi, itu baru seminggu, bagaimana jika kita membawa kentang busuk ( kebencian ) itu seumur hidup ?. alagkah tidak nayamannya hidup kita.
“ marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” ( Matius 11:28 )
Penulis : RB. Heru Kwartanto
Sumber inspirasi : 100 inspiring stories
-
there are no comments yet