Article Detail
“Namaku disebutâ€
Lho, ibu kok tahu nomer absen anak saya…? Ibu bukan wali kelas anak saya kan? Itulah sepenggal kalimat yang terlontar dari seorang ibu yang hadir pada pertemuan orangtua, Pada saat mengisi daftar hadir ia mengeluh kacamatanya tertinggal. Dengan sopan saya menanyakan nama anaknya. Ketika ibu tersebut manyebut anaknya bernama Kartika , saya langsung memberitahu “ o…6A no 20 Bu…” Jawaban itu rupanya membuat si ibu tertegun.
Berapa banyak dari nama murid kita yang kita hafal? Memang tidak mungkin kita menghafal satu persatu murid secara detil, apalagi bila setiap tahun kita menghadapi murid yang berbeda. Namun pernahkah kita menyadari perbedaan rasa ketika kita dipanggil dengan he….dengan dipanggil nama kita?.
Bagaimanapun juga mengenal murid adalah suatu yang sangat penting. Biasanya kita menghafal murid karena hal khusus yang ada pada mereka. Kepandaian, kenakalan, bakat, kemalasannya adalah hal yang biasa menjadi jembatan ingatan guru untuk menghafal siswa tersebut. Bagaimana dengan siswa yang biasa-biasa saja?
Anak yang biasa-biasa saja kadang lepas dari pengamatan kita, kita sering kurang perhatian pada mereka, jangankan mengenal dari dekat. Nama saja kadang kita tidak hafal.Padahal mereka sebenarnya juga perlu diperhatikan, perlu disapa.
Adakalanya lama setelah mereka lulus dan pindah ke jenjang yang lebih tinggi, mereka berkunjung ke sekolah…pertanyaan yang hampir selalu mereka ungkapkan adalah “ masih ingat saya?” Kadang kita tertegun, jangankan sekarang…..dulu waktu jadi murid kita saja tidak hafal namanya apalagi sekarang setelah beberapa tahun berlalu.
Marilah kita lebih mengenal masing-masing anak didik kita, paling tidak hafal nama mereka, sebut nama mereka ketika hendak berkomunikasi, karena mereka telah dipercayakan kepada kita. Andaikan kita ini gembala dan mereka domba, marilah kita menjadi gembala yang baik, gembala yang mengenal domba-dombanya…..
-
there are no comments yet